RASIO, PERBANDINGAN, SKALA, KECEPATAN
RATA-RATA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR
DOSEN MATA KULIAH :
1.
Drs. H. M. Tawil Madeali, M.Pd
2.
Dr. H. Sudarman, M.Pd
3.
Drs. Muh. Hasbi,
M.Pd
DISUSUN OLEH :
Kelompok 7
Kelas C
1.
Ferdiawan A. M A
231 14 062
2.
Riska Riski A 231 13 001
3.
Eka Surnya Dewi A
231 13 162
4.
Dian Haerani A
231 14 038
5.
Annisa A
231 14 139
6.
Mohammad Azan A
231 12 060
7.
Sahdam A
231 14 108
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
FEBRUARI, 2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas izin dan Kuasa-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah untuk pemenuhan tugas Mata Kuliah Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar, dengan materi
“rasio, perbandingan, skala,
dan kecepatan rata-rata”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki kekurangan yang perlu penyempurnaan. Sehubungan dengan hal itu, segala
kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan khususnya para mahasiswa.
Palu, Februari 2016
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………............................................. i
Daftar Isi ………………………………………………………………….......... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Model Pembelajaran Tematik…………………………….. 3
2.2
Teori
Yang Melandasi Model Pembelajaran Tematik……………….. 4
2.3
Prinsip
Dasar Model Pembelajaran Tematik…………………………. 9
2.4
Karakteristik
Model Pembelajaran Tematik………………………….. 11
2.5
Sintaks
Model Pembelajran Tematik…………………………………. 12
2.6
Kelebihan
Dan Kekurangan Model Pembelajaran Tematik………….. 16
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan…………………………………………………………… 18
3.2 Saran…………………………………………………………………..
19
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Matematika
merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
dan berargumentasi, memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah
sehari-hari dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan
masa depan dapat tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi terutama dalam
dunia kerja, dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga,
matematika sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, terutama
sejak usia sekolah dasar.
Di Sekolah
Dasar, terkadang siswa kurang dapat memahami dengan baik materi rasio, perbandingan, skala, dan
kecepatan rata-rata. Sehingga, guru matematika hendaknya memikirkan dan melaksanakan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan siswa dan mengemas proses pembelajaran yang lebih
bermakna, menarik, mengikuti perkembangan iptek, serta dapat membantu siswa
memahami konsep dengan benar.Dengan demikian, perlu diupayakan media pembelajaran serta model
pembelajaran yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa.
Pengetahuan siswa haruslah seimbang antara
pengetahuan procedural dan pengetahuan konseptual agar siswa tidak harus
menghapal untuk menyelesaikan suatu permasalahan matematis. Para guru harus
menghentikan cara mengajar dengan memberitahu segalanya kepada siswa dan harus
mulai memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami matematika yang sedang
mereka pelajari.
Dalam
makalah iniakan dibahas mengenai “Rasio, perbandingan, skala, dan kecepatan
rata-rata”. Untuk memberikan bimbingan pada siswa tentang materi ini dibutuhkan
kreatifitas tertentu dari seorang guru agar mampu merangsang keaktifan siswa
dalam memecahkan suatu masalah dalam proses pembelajaran. Dalam makalah ini
disajikan materi konsep dan seterusnya dilanjutkan dengan pembahasan berupa
penjelasan dan kemudian diberikan contoh-contoh soal untuk menguatkan pemahaman
siswa dengan mengaplikasikannya dalam pengerjaan soal-soal yang sering terjadi
dalam kehidupan sehari-hari.Sehingga sangat diharapkan makalah
ini dapat menjadi referensi tambahan bagi tenaga pendidik dalam hal ini guru
dan calon guru.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di rumuskan sebagai berikut:
1.
Apa pengertian dari rasio, perbandingan, skala, dan kecepatan rata-rata?
2.
Apa saja tipe-tipe rasio?
3.
Baggaimana keekuivalenan rasio?
4.
Bagaimana dengan perbandingan rasio?
5.
Bagaimana dengan perbandingan senilai?
6.
Bagaimana dengan perbandingan berbalik arah?
7.
Bagaimana dengan skala?
8.
Bagaimana dengan kecepatan rata-rata?
9.
Bagaimana pembelajaran rasio, perbandingan, skala, dan kecepatan
rata-rata di SD?
1.3
TUJUAN
Sesuai
dengan rumusan masalah yang, tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Mengetahui pengertian rasio,
perbandingan, skala, dan keceppatan rata-rata
2.
Mengetahui tipe-tipe rasio.
3.
Mengetahui keekuivalenan rasio.
4.
Mengetahui
perbandingan rasio.
5.
Mengetahui
perbandingan senilai.
6.
engetahui
perbandingan berbalik arah.
7.
Mengetahui
skala.
8.
Mengetahui
kecepatan rata-rata.
9.
Mengetahui pembelajaran
rasio, perbandingan, skala, dan kecepatan rata-rata di SD
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Rasio
Rasio merupakan sebuah bilangan yang menghubungkan
dua kuantitas atau ukuran dalam situasi tertentu dalam sebuah hubungan
perkalian (berbeda dengan hubungan selisih atau penjumlahan). Sebuah rasio
dapat digunakan dalam situasi yang lain dimana jumlah relatif dari kuantitas
atau ukuran sama dengan situasi pertama (Smith, 2002).
2.1.1
Tipe-Tipe
Rasio
Ø Rasio sebagai
Part-to-Whole menunjukkan perbandingan bagian
terhadap keseluruhan. Rasio dapat mempresentasikan himpunan bagian dari sebuah
himpunan. Sebagai contoh, rasio jumlah 10 murid laki-laki dan 30 jumlah murid
secara keseluruhan adalah 10 : 30.
Ø Rasio sebagai
Part-to-Part menunjukkan perbandingan bagian
terhadap bagian. Rasio dapat menunjukkan hubungan dua himpunan bagian dalam
satu himpunan yang sama. Sebagai contoh, rasio jumlah 10 murid laki-laki dan
jumlah 20 murid perempuan adalah 10 : 20.
Ø Rasio sebagai Rate.
Kedua tipe makna rasio, yakni part-to-whole dan part-to-part adalah tipe rasio
yang membandingkan dua kuantitas dalam unit / satuan yang sama. Di sisi lain,
rasio juga dapat diartikan sebagai rate.
Rate
merupakan perbandingan dua kuantitas yang di ukur dalam satuan berbeda. Sebagai
contoh, rasio 60 km per jam adalah perbandingan dari dua jenis satuan berbeda,
yakni km dan jam. Pertimbangkan contoh lain, Malika mendappatkan Rp 45.000 per
hari untuk mengasuh bayi tetangganya. Terdapat perbedaan di antara dua
kuantitas tersebut, yakni uang dan waktu.
2.1.2
Keekuivalenan
Rasio
Dua rasio yang
setara/ekuivalen memiliki arti bahwa keduanya menyampaikan hubungan yang sama,
atau disebut dengan proporsi. Sebagai contoh, rasio dua buah balon seharga Rp.
2.000,00 adalah sama dengan sepuluh balon seharga Rp. 10.000,00. Oleh karena
itu, pernyataan
=
adalah sebuah proporsi. Sebuah proporsi
mengungkapkan hubungan perkalian antara dua kuantitas. Dalam hal ini, balon dan
rupiah. Rasio 2 : 2.000 menyampaikan hubungan multiplikatif, yang berarti bahwa
untuk setiap 2 balon, biaya yang harus dibayarkan adalah Rp. 2.000,00 atau
bahwa sebuah balon dapat dibeli dengan harga Rp. 1.000,00. Untuk mengetahui
berapa banyak balon yang dapat anda beli dengan uang yang anda miliki, anda
harus kalikan jumlahnya dengan
atau
atau membagi uang anda dengan 1.000. Secara
simbolis, sebuah proporsi dapat didefinisikan sebagai berikut.
Definisi
Proporsi
Proporsi
adalah hubungan kesamaan dua buah rasio, yaitu
dan
yang dapat ditulis dengan
=
2.1.3
Perbandingan
Rasio
Membandingkan
dua buah rasio atau lebih merupakan salah satu tipe permasalahan proporsional.Model
keping dapat pula digunakan untuk memahami permasalahan perbandingan rasio.
Contoh perbandingan dua buah rasio, yakni 2 : 3 dan 5 : 6 divisualisasikan
dengan model keping seperti berikut.
Dimulai dengan satu
pasang 5 : 6. Dapat dilihat bahwa Anda tidak harus menyalin kembali untuk
membuat dua pasangan 2 : 3. Setelah melingkari dua pasang 2 : 3, terdapat satu
kepping hitam yang tersisa. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat sisa 1
keping dari kelompok rasio 5 : 6 hasil dari pengelompokan 2 : 3. Dapat
disimpulkan bahwa 5 : 6 > 2 : 3. Lebih lanjut, veriikasi kebenaran tersebut
dapat dilakukan dengan melihat selisih rasio antara sepasang 5 : 6 dan 2 pasang
2 : 3 yang secara simbolis ditulis 1(5 : 6) – 2(2 : 3) = 1 : 0. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa 5 : 6 > 2 : 3.
2.2 Perbandingan
Perbandingan adalah istilah matematika untuk
membandingkan dua obyek atau lebih.Perbandingan
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam matematika, demikian juga dalam
kehidupan sehari-hari kita pun tidak lepas dari perbandingan.
Sebagai
ilustrasi perhatikan contoh berikut:
a. Usia Ayah 45
tahun dan usia ibu 40 tahun, sedangkan usia Ali 15 tahun serta usia Ani 10
tahun.
Perbandingan usia ayah dan ibu = 45 tahun : 40 tahun = 45 : 40 = 9 : 8
Perbandingan Usia Ali dan Ani = 15 tahun : 10 tahun = 15 : 10 = 3 : 2
Perbandingan usia Ayah dan Ali = 45 tahun : 15 tahun = 45 : 15 = 3 : 1
Perbandingan Usia Ali dan Ani = 15 tahun : 10 tahun = 15 : 10 = 3 : 2
Perbandingan usia Ayah dan Ali = 45 tahun : 15 tahun = 45 : 15 = 3 : 1
b. Tinggi badan
Dewa 160 cm, tinggi badan Dewi, 120 cm dan tinggi badan Gita 60 cm
Perbandingan tinggi badan Dewa dan Dewi = 160 cm:120 cm = 160:120 = 4:3
Perbandingan tinggi badan Dewi dan Gita = 120 cm:60 cm = 120:60 = 2:1
Perbandingan tinggi badan Dewa dan Gita = 160 cm:60 cm = 160:60 = 8:3
Perbandingan tinggi badan Dewi dan Gita = 120 cm:60 cm = 120:60 = 2:1
Perbandingan tinggi badan Dewa dan Gita = 160 cm:60 cm = 160:60 = 8:3
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa untuk membandingkan dua buah
besaran perlu di perhatikan :
a.
Bandingkan besaran yang satu dengan
yang lain
b.
Samakan satuannya
c.
Sederhanakan bentuk perbandingan
Dari
uraian dan contoh masalah di atas dapat diperoleh arti perbandingan sebagai berikut
:
a. Perbandingan
antara a dan b ditulis dalam bentuk sederhana
atau a : b, dengan a
dan b merupakan bilangan asli, dan b
0.
b. Kedua
satuan yang dibandingkan harus sama.
c. Perbandingan
dalam bentuk sederhana artinya antara a dan b sudah tidak mempunyai faktor persekutuan,
kecuali 1.
2.2.1
Perbandingan Senilai
Apabila
terdapat dua kelompok data sedemikian sehinggga ada korespondensi satu-satu
antara kedua kelompok data tersebut dengan sifat nilai perbandingan setiap dua
elemen/ unsur pada kelompok kiri sama dengan perbandingan 2 elemen yang
bersesuaian pada kelompok kanan maka kedua kelompok data itu disebut berbanding
senilai dengan kata lain Perbandingan senilai merupakan
sebuah perbandingan yang memiliki sifat besaran apabila salah satu bertambah,
maka yang lainnya pun akan ikut bertambah. Contohnya adalah perbandingan antara
jumlah pensil yang dibeli dengan uang yang harus dibayar. Semakin banyak pensil
yang dibeli maka akan semakin banyak uang yang harus dibayar.
Baris ke
|
Banyak HargaPensil
Pensil
dalam rupiah
|
1
2
3
4
5
|
|
2.2.2
Perbandingan berbalik nilai
Apabila
terdapat korespondensi satu-satu antara dua kelompok data dengan sifat nilai
perbandingan 2 elemen yang bersesuaian di kelompok kedua berbalik nilainya
dengan nilai perbandingan di kelompok pertama maka perbandingan antara kelompok
pertama dengan kelompok kedua disebut perbandingan berbalik nilai dengan kata
lain Perbandingan berbalik nilai adalah sebuah perbandingan yang memiliki sifat
besaran apabila salah satu bertambah maka yang lainnya akan berkurang.
Contohnya adalah banyaknya pekerja bangunan dengan lama pengerjaan sebuah
gedung. Apabila jumlah pekerjanya lebih banyak, maka pembangunan gedung
tersebut akan lebih cepat.
Baris Ke
|
Banyak ternak banyak hari untuk
(Ekor) menghitung
makanan
|
1
2
3
4
5
|
|
2.3 Skala
Skala
ialah perbandingan antara keadaan yang diukur pada gambar dengan ukuran pada
keadaan yang sebenarnya.
Penggunaan skala pada
operasi hitung
Skala digunakan untuk memperkecil ukuran dari jarak
sebenarnya.Skala
biasanya dipakai dalam penulisan peta atau denah.
biasanya dipakai dalam penulisan peta atau denah.
1
: 1500
Gambar 5.3 Kebun
Dalam gambar kebun tertulis skala 1 : 1500 artinya 1
cm pada gambar mewakili 1500 cm = 15 m pada ukuran sebenarnya.
Skala 1 : 16.000.000
Perhatikan peta Indonesia diatas Pada
setiap skala terdapat tulisan skala. Skala merupakan perbandingan jarak
pada peta dengan jarak sebenarnya. Skaladapat dirumuskan:
Skala
=
2.4 Kecepatan rata-rata
2.4.1 Konsep Kecepatan
Kecepatan
dari benda yang bergerak ialah besaran yang merupakan hasil pembagian antara
jarak tempuh dalam perjalanan dengan waktu yang digunakan untuk menempuh jarak
yang dimaksud. Kaitan antara jarak, kecepatan dan waktu dinyatakan dengan rumus
berikut :
Dari konsep kecepatan kita telah
mengetahui bahwa waktu, jarak dan kecepatan masing-masing berkaitan erat sekali
antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya saja, kita dapat menyatakan bahwa jarak merupakan hasil kali dari waktu
dengan kecepatan atau kecepatan adalah jarak dibagi dengan waktu yang diperlukan.
a.
Satuan
Jarak
Para pelari itu harus lari secepat-cepatnya sejauh 100 m, dari
garis start sampai garis finis. Pelari yang mencapai garis finis lebih dulu
dinyatakan menang.
Jauh 100 m dari garis start sampai garis finis itu disebut jarak.
Jarak menyatakan panjang atau jauh antara dua benda atau tempat. Panjang atau
jauh (jalan) antara Madiun dan Malang adalah 184 km, artinya jarak antara kota
Madiun dan Malang adalah 184 km. Sehingga dapat dinyatakan bahwa Jarak
merupakan panjang lintasan yang dilalui.
Satuan jarak adalah kilometer (km), meter (m), atau sentimeter
(cm).Penggunaannya bergantung pada jauh-dekatnya antara 2 benda atau tempat.
Jarak antara 2 kota, dengan satuan jarak km. Jarak antara 2 rumah berdekatan,
dengan satuan m. Jarak antara 2 benda di atas meja, dengan satuan cm.
1 km = 10 hm
1 hm = 10 dam
1 dam = 10 m
1 km = 1.000 m
1m = 10 dm
1 dm = 10 cm
1 cm = 10 mm
1m = 100 cm
1m = 1.000 mm
|
b.
Satuan Waktu
Waktu pada umumnya waktu tempuh
selama kejadian berlangsung. Waktu dalam hal ini adalah selang lama waktu dari
mulai kegiatan hingga selesai.
Satuan waktu yang sering digunakan yaitu jam, menit, dan detik. Hubungan
antar satuan waktu (jam,menit,dan detik) sebagai berikut :
1 jam = 60 menit = 3600 detik.
1 menit = 60
detik.
c.
Satuan
Kecepatan
Selama perjalanan, rata-rata tiap jam bus itu menempuh jarak
sepanjang60 km. Dikatakan kecepatan bus itu 60 km/jam. Mobil
yanglain, mungkin lebih cepat atau lebihlambat. Misalnya 45 km/jam, atau
80km/jam.Bentuk "km/jam" itu merupakan satuan kecepatan.
Dimisalkan Seorang pelari cepat,
menempuh jarak 100 m dalam tempo 10 detik.Artinya tiap 1 detik menempuh jarak
10 m. Dikatakan kecepatan pelari itu 10 m/detik.Sehingga, Kecepatan adalah waktu yang digunakan untuk menempuh jarak
tertentu, dalam waktu tertentu.
2.5
Pembelajaran Rasio, Perbandingan, Skala dan Kecepatan rata-rata ditingkat SD
2.5.1 Pembelajaran
Rasio di SD
Pada dasarnya rasio dan pecahan mempunyai makna yang
sama sebagai perbandingan. Pecahan dimaksudkan untuk membandingkan bagian
terhadap keseluruhan.Pecahan
adalah perbandingan 2 bagian terhadap 3 bagian
pembentuk keseluruhan, yang mana bagian dan keseluruhan diukur menurut
pertigaan.Rasio adalah suatu
perbandingan bagian terhadap keseluruhan, berarti semua pecahan adalah rasio,
tetapi tidak semua rasio adalah pecahan. Suatu keadaan yang mana mempunyai
rasio 5 dengan 0 dapat terjadi karena bagian pertama memperoleh 5 dan bagian
yang kedua memperoleh 0, tetapi
bukan pecahan karena pembagian dengan nol
tidak ada atau tidak didefinisikan.
Suatu pecahan selalu merupakan perbandingan bagian-bagian
terhadap keseluruhan, sedangkan rasio merupakan perbandingan suatu bagian dari
keseluruhan terhadap bagian yang lain. Misalnya, terdapat 15 kelereng, 5
kelereng berwarna merah dan 10 kelereng berwarna putih. Rasio atau pecahan dari
kelereng merah terhadap keseluruhan adalah 5 dari 15, atau
dari kelereng adalah merah. Perbandingan
banyaknya kelereng merah terhadap kelereng putih bukan merupakan suatu pecahan,
tetapi merupakan rasio suatu bagian terhadap satu bagian yang lain. Banyaknya
kelereng merah dan kelereng putih mempunyai rasio 5 terhadap 10, atau 1
terhadap 2. (Muhsetyo, 2005: 4.33)
Beberapa masalah atau kesulitan yang mungkin dihadapi atau
dialami oleh para siswa dan usaha guru untuk membantu menyelesaikan masalah
atau kesulitan mereka adalah sebagai berikut:
1.
Kesulitan menggunakan
pecahan atau bilangan rasional untuk menunjukkan perbandingan situasi tertentu.
Contoh
:
Andi membeli 3 batang
coklat dengan harga 6 ribu rupiah, dan Nana membeli 9 batang coklat dengan
harga 20 ribu rupiah.Andi atau Nana yang membayar lebih murah?
Untuk membantu
menyelesaikan masalah mereka, gunakan bahan-bahan manipulatif sebagai tiruan
batang coklat dan tiruan suatu uang ribuan, kemudian bimbinglah mereka mebuat
kelipatan dari data yang nilainya lebih kecil, yaitu 3 dan 6, seperti diagram
berikut.
3 coklat 6 coklat 9 coklat
6 ribu rupiah 12 ribu rupiah 18 ribu rupiah
Dari peragaan di atas,
jika Andi membeli 9 batang coklat, maka Andi harus membayar 18 ribu rupiah.Jadi
andi membeli coklat lebih murah karena Nana membayar 20 ribu rupiah untuk 9
batang coklat. Pada akhir penjelasan, sebaiknya pola konkret diatas ditabelkan
sehingga diperoleh gambaran yang lebih nyata.
Coklat
|
3
|
6
|
9
|
12
|
15
|
Harga
|
6
|
12
|
18
|
…
|
…
|
Pengembangan contoh ini
antara lain adalah harga yang dibayar oleh Andi jika dia membeli 60 batang
coklat. Perluaslah tabel di atas sampai diperoleh bilangan 60 pada baris
coklat, maka baris harga menjadi 120, sehingga Andi harus membayar 120 ribu
untuk membeli 60 batang coklat. Selanjutnya, dengan mengatur diagram sebelah
kiri menjadi sebelah kanan:
Dapat dijelaskan bahwa
Andi harus membayar dua ribu rupiah jika ia hanya membeli satu batang coklat.
6 cm
2 cm
Terdapat
2 buah batang lihat pada gambar di atas. Salah satunya mmiliki panjang 6 cm dan
dan yang lain 2 cm. berapa banyak batang 2 cm untuk membentuk batang 6 cm?
Penyelesaian
:
Kasus
ini menyatakan hubungan perkalian antara batang berpanjang 6 cm dan 2 cm yang
dapat ditulis dengan 6 : 2. Hasil dari 6 ÷ 2 adalah 3, yang disebut dengan
nilai rasio.
Contoh :
a. Berapakah
rasio jumlah kelereng berwarna hitan pekat terhadap jumlah keseluruhan kelereng
yang ditunjukkan gambar di bawah.
b. Berapakah
rasio jumlah kelereng hitam pekat terhadap jumlah kelereng berwarna lainnya.
Penyelsaian :
a. Terdapat
3 kelereng hitam pekat dari 15 kelereng yang ada. Jadi,rasio jumlah kelereng
berwarna hitam pekat terhadap jumlah keseluruhannya adalah 3 : 15.
b. 15
– 3 = 12. Jadi, rasio jumlah kelereng hitam pekat terhadap jumlah kelereng
berwarna lainnya adalah 3 : 12.
Contoh keekuivalenan
rasio :
Penggunaan media keping dapat digunakan untuk
membedakan antara konsep perbandingan bagian terhadap keseluruhan (part to whole)
dan rasio.
Gambar 1
Media keeping yang ditunjukkan oleh gambar 1 dapat
diartikan sebagai perbandingan bagian dari keseluruhan, yakni
. Sedangkan, sebagai rasio dapat juga
ditafsirkan sebagai 3 : 2. Dengan demikian, ketika siswa menguji kesamaan dan
membandingakn dua buah rasio, banyak langkah yang dapat digunakan dan
bergantung pada penafsiran yang tepat. Sebagai contoh, pengujian kesamaan rasio
6 : 9 dan 2 : 3 dapat dilakukan dengan menggunakan media berikut (Diadaptasi
dari Lamon, 2012).
6 : 9
Gambar 2
2 : 3 = 6 : 9
Gambar 3
Secara visual susunan keeping 6 : 9 dapat disusun
ulang sedemikian rupa sehingga anda dapat melihat susunan 2 kolom keping hitam
dan 3 kolom keping putih, atau 2 : 3. Dengan demikian terbukti bahwa 6 : 9 dan
2 : 3 adalah rasio yang ekuivalen.
Cara lainnya :
Anda dapat memasangkan setiap 2 keping hitam dan 3
keping putih dan mendapati bahwa masing-masing kelompok memiliki tepat satu
pasangan. Hal ini menunjukkan bahwa 6 : 9 yang diilustrasikan oleh 6 keping hitam dan 9 keping putih memiliki
rasio yang ekuivalen dengan 2 : 3 sehingga anda perlu menambahkan atau
mengurangi keping agar setiap 2 keping hitam tepat memiliki pasangan 3 keping
putih.
Contoh :
Dua orang pembeli sama-sama mengingikan jus alpukat
dengan rasa yang sama. Penjual menggunakan takaran 4 sendok gula dan 2 buah
alpukat. Akan tetapi, setelah 1 jus selesai dibuat, penjual baru sadar bahwa
gula yang ia miliki yang tersisa 2 sendok. Agar rasanya sam dengan jus yang
pertama, maka penjual mengggunakan 1 buah alpukat untuk jus kedua. Bagaimana
anda mengasumsikan bahwa kedua jus tersebut memiliki rasa yang sama?
Penyelesaian
:
Takaran
4 : 2 ekuivalen dengan 2 : 1 sehingga kedua jus memiliki rasa yang sama.
Contoh :
Motor
Yoppy mampu menempuh 4 km/liter. Jika Yoppy hendak bepergian sejauh 12 km.
berapa liter bensin yang harus disediakan oleh Yoppy?
Penyelesaian
:
Jadi,
Yoppy harus menyediakan minimal 3 liter bensin untuk sampai ke tempat
tujuannya.
Contoh perbandingan rasio:
Dua
orang ibu mengikuti lomba membuat kue ulang tahun. Ibu pertama menggunakan 2 kg
telur untuk membuat 3 kue, sedangkan ibu kedua menggunakan 3 kg telur untuk
membuat 4 kue. Ibu manakah yang memiliki kue lebih banyak jika takaran telur
sama?
Penyelesaian:
Terlihat
bahwa ibu pertama memiliki kue lebih banyak jika takaran telur yang digunakan
sama. Secara simbolis ditulis 3 : 2 > 4 : 3. Hal ini dapat diverifikasi
dengan melihat bahwa terdapat 1 keping hitam yang tersisa dari rasio 9 : 6 (
atau 3 : 2). Secara simbolis ditulis 3(3 : 2) – 2(4 : 3) = 1 : 0.
2.5.2
Pembelajaran Perbandingan di SD
Dalam memberi
penjelasan mata pelajaran matematika khususnya ditingkat SD diperlukan
kreatifitas pengajar agar peserta didik mudah memahami materi tersebut dalam
hal in materi perbandingan. Dalam materi ini pembelajaran yang perlu dilakukan
yaitu menggunakan pembelajaran menurut teori Bruner., tahapan
berpikir anak yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Anak SD masih pada tahapan
berpikir enaktif dan ikonik, maksudnya anak SD akan lebih mudah memahami
sesuatu konsep jika menggunakan objek konkret dan pemodelan atau diagram
(konkret –> semi konkret) dibandingkan langsung menggunakan
simbol-simbol abstrak. Tahapan berpikir inilah yang hendaknya diakomodir dalam
pembelajaran khususnya pada pembelajaran Matematika di SD, sehingga anak dapat
memahami matematika dengan mudah dan menyenangkan.
Perhatikan soal
serta pembahasan berikut ini:
Cara
Penyelesaian-1
Cara
Penyelesaian-2
Dari penyelesaian diatas
terlihat tingkat abstraksinya yang tinggi, cara penyelesaiannya menggunakan
simbol-simbol aljabar, inilah yang di sebut tahapan simbolik menurut Bruner.
Berikut ini soal tersebut akan diselesaikan dengan
menggunakan tahapan IKONIK atau dengan bantuan diagram alias “kotak”.
Perhatikan soal
berikutnya :
2.5.3
Pembelajaran Skala di tingkat SD
Untuk membangun pemahaman siswa tentang
skala, pertama-tama berikan mereka sebuah soal yang berkenaan dengan membuat
denah. Misalkan soalnya sebagai berikut :
Sebidang tanah berbentuk persegi panjang
dengan panjang 100 m dan lebar 50 m. Jika 1 cm pada gambar denah menunjukkan
1.000 cm pada bidang tanah sebenarnya, gambarlah denah bidang tanah itu!
Sebelum denah dibuat, disini siswa
dituntut untuk mampu menyetarakan 100 m dan 50 m ke dalam satuan cm. Karena
100m = 10.000cm dan 50 m = 5.000cm, panjang dan 19 lebar denah itu
berturut-turut adalah 10.000/1.000= 10 cm dan 5.000/ 1.000 = 5cm. Akhirnya
dengan mudah mereka dapat menggambar denah itu, yaitu:
5 cm
Gambar 1. Denah bidang tanah
Sampaikan kepada para siswa bahwa
kalimat yang menyatakan, “ 1cm pada gambar denah menunjukkan 1.000 cm pada
bidang tanah sebenarnya” disebut dengan denah itu mempunyai ”skala 1 : 1.000”.
Setelah para siswa memahami arti
dari skala, mintalah mereka menyelesaikan soal-soal yang berkenaan dengan
denah. Beberapa contoh soal yang dapat diajukan kepada anak adalah sebagai
berikut:
Contoh
1:
Sebidang kebun mempunyai panjang
600 m. Jika kebun itu di gambar pada denah berskala 1 : 10.000, berapa panjang
kebun pada denah?
Jawaban
yang diharapkan :
600
m = 60.000 cm
Skala
= 1 : 10.000
Jadi,
panjang kebun = 60.000 : 10.000 = 6 cm
Contoh 2:
Pada
denah berskala 1 : 1.000, panjang dan lebar sebidang kebun berturut- turut
adalah 15 cm dan 10 cm. Berapa luas kebun sebenarnya?
Jawaban
yang diharapkan :
Skala = 1 : 1.000.
Panjang dan lebar pada denah
berturut-turut adalah 15 cm dan 10 cm.
Panjang tanah sebenarnya = 1.000 x
15 = 15.000 cm = 150 m
Lebar tanah sebenarnya= 1.000 x 10
= 100 m.
Jadi luas tanah itu = 150 x 100 = 15.000
Contoh
3:
Denah
sebidang tanah berbentuk persegi panjang mempunyai panjang 10 cm. Jika panjang
bidang tanah sebenarnya adalah 200 m, berapa skala yang dipakai pada denah itu?
Jawaban
yang diharapkan :
Panjang denah = 10 cm
Panjang sebenarnya = 200 m = 20.000
cm.
Jadi
skala yang digunakan pada denah itu = 10 : 20.000 = 1 : 2.000
Contoh 4:
Maket
bentuk tiruan (gedung, kapal, pesawat terbang, dan sebagainya) dalam tiga
dimensi dan skala kecil, biasanya dibuat dari kayu, kertas, tanah liat, dan
sebagainya. Misalnya miniatur pesawat, miniatur gedung, miniatur perumahan dan
sebagainya. Maket pada gambar dibawah merupakan aksesoris maket perumahan yang
akan dijual. Suatu maket dibuat dengan skala 1 : 200. Ukuran
panjang dan lebar setiap rumah dalam maket tersebut adalah 8 cm x 4 cm.
Hitunglah :
a. Ukuran panjang dan lebar rumah
sebenarnya,
b. Ukuran luas sebenarnya.
Jawab :
a. Skala denah 1 : 200
Panjang rumah pada denah = 8 cm
Lebar rumah pada denah = 4 cm
Misalkan p adalah panjang rumah sebenarnya dan l
adalah lebar rumah sebenarnya, sehingga panjang rumah sebenarnya dapat
ditentukan sebagai berikut :
1
× p =
8 × 200
P
= 1600 cm
Jadi,
panjang rumah sebenarnya adalah 1.600 cm atau 16 m
Lebar
rumah sebenarnya dapat ditentukan sebagai berikut :
1
x l =
4 x 200
l =
800 cm
Jadi,
lebar rumah sebenarnya adalah 800 cm = 8 m
b.
Maka, luas rumah sebenarnya adalah 1.600 cm x 800 cm = 128.000 cm².
2.5.4 Pembelajaran Kecepatan Rara-rata ditingkat SD
Untuk mengawali pembelajaran kecepatan di sekolah dasar, tanyakan kepada siswa apakah mereka sudah pernah
mendengar kata cepat, atau kecepatan, dan kapan kata cepat atau kecepatan
itu digunakan. Mungkin
siswa akan menjawab bahwa
kata-kata itu mereka gunakan pada
saat meperhatikan mobil yang sedang melaju, atau pesawat terbang yang sedang
diangkasa, dan lain-lain. Sampaikan kepada siswa sebuah kalimat yang ada
kaitannya dengan kecepatan,
misalnya, “Sebuah mobil menempuh jarak
60 km dalam waktu
1 jam. Mobil
itu dikatakan mempunyai
kecepatan rata-rata 60
km per jam
dan ditulis 60 km/jam”. Berikan beberapa pertanyaan lagi yang berkaitan
dengan penggunaan kecepatan rata-rata dalam km/jam. Bimbinglah siswa
untuk membuat kesimpulan
bahwa jika kecepatan
rata-rata suatu benda dilambangkan
dengan V, jarak
yang ditempuh suatu
benda itu dilambangkan dengan S, dan waktu yang
diperlukan untuk menempuh jarak itu adalah t, maka
.
Untuk memberikan penanaman konsep
kecepatan pada siswa dapat diberikan pengertian bahwa jika 2 jenis kendaraan
berangkat dari tempat yang sama dengan tempat tujuan sama, serta rute
perjalanan yang sama maka kendaraan yang mencapai tujuan lebih dulu atau lebih
cepat mencapai tujuan dikatakan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi. Untuk
memberikan pemahaman lebih lanjut kepada siswa, maka mereka diminta
membayangkan saat naik buss, saat naik sepeda dan lain-lain.
Agar para siswa memperoleh gambaran
tentang hubungan antara waktu, jarak dan kecepatan, serta perhitungannya, dapat
diberrikan contoh-contoh berikut.
Contoh :
1. Sebuah
mobil berjalan dari kota A ke kota B dalam waktu 1 jam 45 menit. Dengan
kecepatan rata-rata adalah 60 km/jam. Berapakah jarak antara kedua kota itu?
Penyelesaian :
Beritahukan
kepada para siswa, bahwa untuk menjawab soal tersebut ada dua cara yang dapat
dipakai, yaitu :
a. Dengan
perbandingan
b. Dengan
memakai rumus
Kedua
cara itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
Cara
Perbandingan
Karena kecepatan rata-ratanya 60
km/jam, maka dalam 1 jam ditempuh jarak
60 km.
Waktu 1 jam 45 menit sama dengan
Kita ketahui bahwa antara waktu dan jarak
yang ditempuh terdapat perbandingan seperti disajikan pada tabel berikut :
Waktu dalam jam
|
Jarak dalam km
|
1
|
60
|
|
|
Jadi, jarak dari kota A ke kota B
alah 105 km.
Bandingkan proses cara perbandingan
uraian jawaban diatas dengan rumus berikut.
b.
Cara
dengan rumus
Bila s menyatakan jarak yang
ditempuh dalam waktu t, dengan kecepatan rata-rata v, maka hubungan anatara s,
t, dan v, dapat dinyatakan dengan rumus :
Dimana dalam contoh diatas tadi, diketahui bahwa
, maka dengan memakai rumus :
Jadi, jarak dari kota A ke kota B
adalah 105 km.
2. Jarak
Jakarta ke Bandung adalah 200 km, Perjalanan dari jakarta ke Bandung dengn
menggunakan mobil ditempuh dalam waktu 4 jam. Berapa kecepatan rata-rata mobil
itu?
Jawab
:
Jarak
tempuh = s = 200 km, waktu = t = 4 jam
Kecepatan rata-ratanya :
.
3. Jarak
kota A ke B adalah 300 km. Rudi dari kota A kekota B mengendarai sepeda motor
dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam. Hendra dari kota B kekota A mengendarai
mobil dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Mereka berangkat dalam waktu sama yaitu pukul 07.00. Bila mereka menempuh
jalur yang sama, maka pukul berapa mereka berpapasan?
Cara I :
Penyelesaian dengan gambar :
Rudi melakukan perjalanan 3 jam
akan menempuh jarak 120 km dan Hendra dalam waktu 3 jam menempuh jarak 180 km.
Jadi mereka berpapasan setelah menempuh perjalanan selama 3 jam yaitu tepat
pada pukul 10. 00
Cara II :
Jumlah jarak yang ditempuh oleh
Rudi dan Hendara adalah menempuh jarak 100 km/jam. Karena jarak yang ditempuh
300 km, maka waktu yang diperlukan (300:100) jam = 3 jam. Jadi mereka berpapasan
setelah menempuh perjalanan selama 3 jam yaitu pukul 10,00.
4. Ali
bersepeda motor berangkat dari Yogya pukul 07.00 menuju Surabaya yang berjarak
250 km dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam. Pada saat yang sama Budi berangkat
dari Surabaya menuju Yogya dengan kecepatan dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam.
Pertanyaan
:
a. Pada
km berapa dan pukul berapa Ali dan Budi berpapasan dijalan
b. Jika
waktu berangkatnya tidak bersamaan, yaitu Ali beraangkat pukul 07.00 sedangkan
Budi pukul 08.30, pada km berapa dan pukul berapa Ali dan Budi berpapasan di
jalan?
Penyelesaian :
YOGYA 250 km SURABAYA
07.00 km/jam km/jam 07.00
a.) Ali
1 jam menempuh jarak = 40 km (dari kiri)
Budi
1 jam menempuh jarak = 60 km (dari kanan)
Ali
dan Budi 1 jam menempuh jarak = 100 km
Karena jarak yang harus
ditempuh berdua adalah 250 km . Mata
waktu tempuh nya adalah
. Mereka berpapasan setelah
jam perjalanan, yaitu pukul 09.30.
Tempat
berpapasan :
Ali
= 40 km/jam x
jam =
dari Yogya
Bubi
= 60 km/jam x
dari Surabaya.
b.
07.00 Km/jam km/jam km/jam
08.30
08.30
Ali
telah menempuh jarak
= 40 km/jam x
(posisi di S)
Sisanya
190 km ditempuh berdua yaitu :
=
Waktu
berpapasan :
Ali
= 60 km + 40 km/jam x 1,9 jam = 60 km +
km = (60+76) km = 136 km
Budi
= 60 km/jam x 1,9 jam = 60 km/jam x
jam = 60 km/jam x
jam = (60+54) km = 114 km
(hamid dkk)
Dalam pembelajaran ditingkat SD dapat menggunakan alat
peraga seperti :
1.
Mobil-Mobilan
2.
Stopwacth
3.
Penggaris
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Rasio
merupakan sebuah bilangan yang menghubungkan dua kuantitas atau ukuran dalam
situasi tertentu dalam sebuah hubungan perkalian (berbeda dengan hubungan
selisih atau penjumlahan). Sebuah rasio dapat digunakan dalam situasi yang lain
dimana jumlah relatif dari kuantitas atau ukuran sama dengan situasi pertama
(Smith, 2002).
2. Tipe-tipe
rasio yaitu rasio sebagai part to whole, rasio sebagai part to part, rasio
sebagai rate.
3. Dua
rasio yang setara/ekuivalen memiliki arti bahwa keduanya menyampaikan hubungan
yang sama, atau disebut dengan proporsi.
4. Perbandingan
rasio adalah membandingkan dua buah rasio atau lebih merupakan salah satu tipe
permasalahan proporsional. Model keping dapat pula digunakan untuk memahami
permasalahan perbandingan rasio.
5. Apabila terdapat dua kelompok data sedemikian
sehinggga ada korespondensi satu-satu antara kedua kelompok data tersebut
dengan sifat nilai perbandingan setiap dua elemen/ unsur pada kelompok kiri
sama dengan perbandingan 2 elemen yang bersesuaian pada kelompok kanan maka
kedua kelompok data itu disebut berbanding senilai dengan kata lain Perbandingan senilai merupakan sebuah perbandingan yang memiliki sifat
besaran apabila salah satu bertambah, maka yang lainnya pun akan ikut
bertambah.
6. Apabila terdapat korespondensi satu-satu
antara dua kelompok data dengan sifat nilai perbandingan 2 elemen yang
bersesuaian di kelompok kedua berbalik nilainya dengan nilai perbandingan di
kelompok pertama maka perbandingan antara kelompok pertama dengan kelompok
kedua disebut perbandingan berbalik nilai dengan kata lain Perbandingan berbalik nilai adalah sebuah perbandingan yang memiliki sifat
besaran apabila salah satu bertambah maka yang lainnya akan berkurang.
7. Skala
merupakan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya. Skala dapat
dirumuskan:
Skala =
8.
Kecepatan dari benda
yang bergerak ialah besaran yang merupakan hasil pembagian antara jarak tempuh
dalam perjalanan dengan waktu yang digunakan untuk menempuh jarak yang
dimaksud. Kaitan antara jarak, kecepatan dan waktu dinyatakan dengan rumus
berikut :
3.2
Saran
Dengan
selesainya makalah ini, penyusun berharap kepada para pembaca agar dapat member
masukan baik berupa kritik atau saran yang sifatnya membangun agar pada
perbaikan makalah ini, pembaca mendapat manfaat yang lebih daripada sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar